Tafakur alam adalah proses merenung dan memperhatikan alam. Kita “melihat” kebesaran Tuhan di jagad raya dan sekaligus memahami betapa kecilnya manusia. “Melihat” mungkin awalnya dengan mata fisik. Tetapi, lambat laun yang lebih utama adalah “melihat” dengan hati, dengan “mata batin”. Dengan tafakur, manusia memperoleh kesadaran, eksistensi diri sebagai makhluk Tuhan, yang harus tunduk, taat dan berakhlaq baik. Agar manusia sadar, bahwa mereka adalah makhluk yang unik di jagad raya. dari banyak galaksi, hanya ada satu galaksi Bimasakti.
Dari sekian bintang Bimasakti, hanya ada satu matahari. Dari sekian planet di matahari, hanya ada satu yang bernama bumi. Dan dari sekian planet yang ada, hanya bumi yang dihuni manusia. Paling tidak itu yang kita tahu. Padahal bintang-gemintang, jagad raya demikian luas, sangat-sangat luas. Matahari kita saja bagaikan setitik cahaya di angkasa nan luas. Selain tafakur alam, kita juga menafakuri keajaiban yang ada pada diri manusia, mulai dari fenomena sel, fenomena kehidupan embrio dalam rahim, fenomena kerja otak, darah, dll yang berlangsung dalam diri manusia yang berjalan dengan sangat teratur dan dibuat dengan sangat rumit dan teliti oleh Allah SWT.
Allah berfirman dalam salah satu ayat-Nya:
“Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda – tanda bagi orang yang berakal, yaitu orang yang mengingat Allah sambil berdiri,duduk, berbaring, dan mereka memikirkan (tafakur) penciptaan langit dan bumi, seraya berkata “Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali Imron: 190-191).
Dengan menafakuri alam, kita akan “melihat” kebesaran-Nya dengan mata hati, akan menumbuhkan keyakinan, keimanan. Dengan tafakur akan muncul “kesadaran”, bahwa kita adalah makhluk yang diciptakan.